Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Wednesday, 8 April 2015

Winie Kaori, Harum Bisnis Semerbak Dupa


IMG_3703
Sebuah keputusan besar telah diambil oleh Ibu muda Ni Kadek Winie Kaori Intan Mahkota, S.E. untuk mendirikan sebuah usaha dupa yang lantas terkenal dengan sebutan Dupa Kaori. Berbagai terobosan dan inovasi pun mengantarkan produk Dupa Kaori sebagai salah satu yang diperhitungkan dalam industri dupa lokal di Bali. Salah satu produk dupa uniknya berlabelkan “dipasupati” justru menjadi sebuah daya tarik tersendiri, disamping kegunaannya yang sangat positif bagi masyarakat Hindu Bali. Sama halnya dengan sektor bisnis lainnya, bisnis dupa pun memiliki lika-liku perjalanannya sendiri. Wanita lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ini mengawali bisnisnya dari sebuah home industry dengan skala nol sampai akhirnya sukses mengibarkan brand Kaori sebagai spesialisasi dupa di Bali. Mantan Jegeg Bali 2005 yang kini juga disibukkan sebagai Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) ini berbagi pengalamannya perihal bisnis dupa serta beragam hobinya yang menarik perhatian. Kepada Putra Adnyana reporter ‘Money & I’, Kaori pun blak-blakkan mengupas habis bisnis dupa serta passionnya di bidang lain.

Bagaimana ide bisnis dupa Kaori ini berawal? Kenapa Dupa?
Bisnis ini dimulai dari tahun 2009. Awalnya malah berasal dari bisnis kecil-kecilan di garasi rumah. Ide dupa ini muncul dari hobi saya yang suka sembahyang, hahahahaa…! Pengalaman saya di keluarga saya, barangkali seluruh keluarga Hindu di Bali yang sering bersentuhan dengan kegiatan keagamaan, dimana dupa menjadi salah satu sarana prasarana yang wajib diadakan. Dimana-mana kalau sembahyang pasti selalu bawa dupa. Enggak afdol kalau sembahyang gak ngidupin dupa. Tapi masalah yang kemudian saya temukan, kok dupa yang sudah dihidupkan cepat sekali habis. Dari sana saya ingin membuat sesuatu yang berbeda. Kelengkapan dupa dalam sebuah persembahyangan umat Hindu itu penting adanya.
Bagaimana jatuh bangun mengawali usaha dupa Kaori ini?
Awalnya saya tak ingin menunda-nunda untuk bikin usaha ini. Saya nekat dengan modal 500 ribu rupiah, saya membeli bahan-bahan untuk membuat dupa. Saya lakukan semua di garasi rumah saya. Dengan modal 500 ribu itu saya bisa membuat 850 bungkus dupa. Ya nggak balik modal sih, karena saya malah membagi-bagikannya kepada orang-orang di dekat rumah sebagai promosi awal. Tapi dari modal 500 ribu itu saya punya bayangan biaya produksi, harga jual dan jumlah keuntungannya. Inilah seninya jadi pengusaha, bisa mengatur sendiri harga jual produknya. Selain itu memberikan banyak pengalaman melalui trial and errorsemacam ini, membuat saya belajar banyak tentang bisnis. Terutama mengenai bisnis dupa. Saya banyak mengamati trik marketing produk-produk dupa lainnya.
Lantas siapa yang mendorong Ibu untuk fokus terjun ke bisnis dupa ?
Saya sih sering berunding dan minta pendapat dengan suami saya tentang bagaimana kalau kita bisnis dupa saja. Suami pun mendukung. Pertimbangan kami sih karena kebutuhan dan permintaan terhadap dupa di Bali itu sendiri bisa mencapai berton-ton lebih. Apalagi di lihat dari jumlah penduduk Bali yang hampir 3,5 juta jiwa. Kalau satu hari saja satu orang bisa memakai 10 batang dupa, bayangkan berapa ton dupa yang didatangkan ke Bali. Bahkan saya melihat fenomena di pasar banyak dupa yang berasal dari luar Bali, seperti dupa Cina, Jawa dan India. Rasanya aneh kalau kita orang Bali masih bergantung dengan orang luar dalam memproduksi dupa. Bagi saya bisnis dupa ini tak profit oriented, jadi masih ada unsur Yadnya didalamnya. Apalagi produksi dupa ini bisa dilakukan secara handmade, tidak menggunakan mesin.
Bisa diberikan bayangan bagaimana proses pembuatan dupa secara handmade ?
Kalau dikerjakan sendiri itu biasanya dengan cara di giling sehingga terbentuklah dupa. Bahan-bahannya berupa madu dan bahan Cendana. Sekarang dupa itu macamnya banyak, ada yg import, lokal, khusus aromaterapi. Nah disinilah kita harus tahu produk kita arahnya mau kemana.
Pabriknya dimana ?
Dupa Kaori pabriknya di Ubud. Hanya saja ada yang beberapa di kerjakan di Singaraja seperti dalam hal pengemasan barang. Proses produksi sepeti memilah-milah bahan hingga mencelupkan dupa dilakukan di Ubud. Kalau di Denpasar hanya kantor pemasarannya saja.
Lalu bagaimana Kaori bersaing dengan dupa-dupa lainnya di Bali ?
Wah, kalau boleh jujur sebelum produk dupa Pasupati Kaori, dupa kami itu kalah saing dengan dupa-dupa di pasaran. Pesaing dupa di pasaran cukup banyak. Terutama dari segi harga kami kalah saing. Di pasaran justru orang-orang banyak beli dupa kiloan biar mendapatkan harga yang murah tapi mereka tidak tahu kalau harum dupa itu tak bertahan cukup lama. Produsen-produsen dupa sekarang pintar mengakali. Ada beberapa dari mereka hanya menyemprotkan wewangian di bungkusan dupanya saja, agar dupa terkesan harum.
Jadi Pasupati Kaori itu produk unggulan Anda? Kenapa bisa terpikirkan untuk membuat dupa Pasupati?
Bisa dibilang begitu. Sederhana saja, ini berawal dari pengalaman anak saya. Waktu kecil dia seringkali menangis tanpa alasan yang jelas. Maunya saya cek dia ke dokter, tapi karena tak ada tanda-tanda sakit jadi saya batalkan niat itu. Bertanyalah saya dengan instruktur yoga saya. Ia pun menyarankan saya untuk menyalakan sebelas batang dupa di depan rumah sebelah kiri. Saya ikuti saran beliau. Kemudian beliau transfer energi, tak lebih dari 15 menit anak saya tak menangis lagi. Nah lantas saya kepikiran begini, bagaimana kalau ada kejadian yang serupa menimpa ibu-ibu lainnya, pasti mereka kebingungan. Untuk itu saya mendiskusikan hal tersebut dengan instruktur-instruktur yoga saya tersebut. Apakah bisa saya membuat dupa yang sudah dipasupati untuk menghalau energi negatif.
IMG_3729Dipasupati itu maksudnya bagaimana?
Pasupati itu maksudnya memberi mantra-mantra gaib pada setiap dupa. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, kami pun di ijinkan untuk menyebarluaskan produk kami ini. Ternyata respon masyarakat lumayan. Mereka pun membuktikan sendiri saat menyalakan 11 batang dupa Pasupati ini, anak mereka pun jarang menangis lagi. Dupa ini mampu menghalau aura negatif yang datang dari luar. Sederhananya, dupa ini sebagai sarana keselamatan. Dupa Pasupati Kaori ini pun kami pisahkan dari dupa-dupa Kaori yang lain dan kami beri tanda gelang Tridatu.
Apakah sebelumnya produk Dupa Pasupati sejenis sudah ada yang memproduksi di pasaran ?
Sepengetahuan saya sih belum. Baru semenjak dupa Pasupati Kaori berada di pasaran, muncullah dupa-dupa pasupati lainnya. Jadi kami istilahnya jadi trendsetter. Tapi selagi persaingannya sehat, tidak masalah bagi kami untuk menghadapi produk-produk yang sejenis dengan dupa Pasupati Kaori.
Berapa banyak karyawan yang Anda miliki untuk memproduksi Dupa Kaori ?
Kami mendayagunakan tenaga ibu-ibu yang ada di desa Ubud dan Singaraja untuk membantu proses produksi secara homemade. Kita ada 110 tenaga kerja yang terlibat dalam produksi ini.
Bagaimana bentuk promosi dupa Kaori ?
Kita membuka agen di setiap Kabupaten di Bali, memasang iklan di radio-radio sekaligus kami membuattalkshow yang menghadirkan praktisi yoga perihal dupa pasupati. Talkshow ini juga ampuh untuk lebih mendekatkan kami dengan pelanggan. Di talkshow tersebut mereka bisa sharing pengalaman memakai dupa Kaori. Oh ya, kami juga sempat mengadakan acara gebrak pasar, seperti pasar Gianyar, Kumbasari hingga pasar Kidul Bangli. Nah saat kami ke pasar Kumbasari, ada seorang ibu yang menghampiri saya dan memberikan testimoni tentang pengalamannya memakai dupa Kaori.
Dalam hal promosi tidak ada kesulitan?
Awalnya cukup mendapat kesulitan, karena Kaori juga tergolong pendatang baru dalam bisnis dupa, sehingga perlu waktu untuk branding produk kami agar dikenal oleh masyarakat luas. Perlu semacam trik-trik atau strategi khusus untuk membuat mereka langsung ingat Kaori kalau mau beli dupa pasupati. Kurang lebih dua tahun lah untuk branding.
Kendala berbinis dupa sejauh ini?
Sejauh ini kami masih banyak kendala dalam hal pengadaan bahan-bahan produksi. Terutama bahan-bahan lokal sangat susah ditemukan di pasaran seperti salah satunya kayu Cendana. Justru kalau dupa yang bahan dasarnya seperti serbuk kayu dan prosesnya menggunakan mesin, malah jarang muncul kendala. Oh ya kami ingin menekankan kalau dupa kami melalui dua proses produksi yakni ada yang diproses mesin danhandmade. Produksi dupa secara handmade dengan bahan-bahan lokal yang berkualitas sehingga membuat harga produksinya membengkak dan dijual pun akan lebih mahal.
Apakah dupa-dupa Kaori hanya dijual di Bali ?
Tidak, kami juga menjual ke Jawa, Lombok, Sumatra, Sulawesi, Lampung dan Kalimantan. Disana sudah dipersiapkan agen-agennya.
Adakah produk unik lainnya yang dikeluarkan Kaori?
Kami juga merambah ke dunia pengobatan melalui air pasupati Kaori. Kami bekerjasama dengan perusahaan minum Nonmin, dimana untuk proses pasupatinya dikerjakan oleh Kaori. Ya ini produknya terbatas. Air ini bisa dipercikkan atau diminum oleh orang yang bersangkutan, agar terhindar dari penyakit dan aura negatif lainnya.
Apakah keluarga Anda memiliki latar belakang bisnis? Mengapa Anda bisa kepincut di jalur bisnis?
Saya sebenarnya dari keluarga seniman, ibu penari dan bapak pelukis. Saya terinspirasi dari semangat ibu saya yang single parent, tapi mampu mencukupi kebutuhan keluarga dengan memiliki usaha eksportir wig. Saya juga banyak belajar bisnis dari Ibu saya. Ini juga yang membuat saya bercita-cita untuk bisa memberdayakan banyak orang dalam usaha saya. Tapi awalnya belum tercetus mau bikin usaha apa. Sampai akhirnya mau masuk kuliah, saya pun membuka usaha kecil-kecilan seperti jualan boneka dan aksesoris yang targetnya anak-anak sekolahan di Ubud. Saya pun membuat 5 toko aksesoris di Ubud, namanya Toko Cinta. Sampai saat ini pun toko-toko tersebut masih beroperasi.
Apakah darah seniman juga mengalir di tubuh Anda?
Ya, saya itu hobi menari dan dulunya seorang penari di Ubud. Saya dulu sering nari di Puri Ubud
Bagaimana Anda tetap bisa mengeksiskan hobi menari tersebut ditengah kesibukan sebagai pebisnis ?
Demi merawat kecintaan saya terhadap seni tari dengan membuka sebuah sanggar tari di Ubud namanya Sanggar Yuhura. Ini didirikan 3 Oktober 2011 lalu dan suami saya mendukung penuh ide saya tersebut. Hanya berbekal gong, saya pun menjalankan sanggar tari ini. Sampai akhirnya pada April 2012 lalu sanggar ini sempat ditawari pentas di Malaysia.
Anda juga punya usaha butik Kaori Luxurious, bagaimana bisa tercetus ide berbisnis di bidang fashion ?
Saya juga punya hobi ngoleksi tas. Banyak teman-teman bertanya di mana saya membeli tas-tas tersebut. Saya juga suka membuat desain busana Endek sendiri. Dari sanalah saya punya keberanian untuk membuat butik Kaori Luxurious ini. Di sini, saya juga menjual sepatu, sandal, dan aneka aksesoris wanita lainnya.
Berarti Anda punya hobi shopping juga dong?
Duh daripada uangnya di buat shopping, mending saya tabung buat beli bahan baku dupa. Hehehe…!
Anda cenderung menyukai model tas seperti apa? Harus bermerk kah?
Saya malah lebih suka beli tas daur ulang. Nggak kalah kok dengan kualitas tas impor dan bermerk.
Bagaimana membagi waktu dengan keluarga?
Kalau weekend , saya fokus untuk keluarga. Tidak mau memikirkan pekerjaan. Ya biasanya saya dan keluarga senang menghabiskan liburan ke desa atau mengunjungi kebun binatang.
Pernah punya cita-cita selain jadi pengusaha?
Sempat ingin menjadi pegawai bank. Pernah saya magang di bank demi tugas KPL kuliah. Tapi kemudian saya berubah pikiran, ternyata kerja di bank lebih ribet. Ya kayaknya memang enak kalau bisa berwirausaha sendiri seperti sekarang.
Anda Jegeg Bali 2005, mengapa Anda tertarik mengikuti ajang tersebut ?
Kebetulan saat kuliah di Unud, saya diajak teman untuk ikutan ajang Jegeg Bagus. Jadi ya iseng-iseng aja ikut. Ajang ini juga memberikan banyak wawasan untuk menjadi seorang duta wisata Bali. Ajang ini memberikan banyak motivasi dan kepercayaan diri lebih pada saya. Melalui Jegeg Bali, saya bisa mempromosikan Bali hingga ke Thailand. Di sana saya melihat kalau Bali benar-benar disanjung dan punya kesan yang luar biasa. Beda kalau kita melihatnya di dalam Bali sendiri, mungkin kesannya biasa-biasa saja ya.
Sejak kapan Anda tertarik untuk Yoga?
Saya sejak SMA sudah diperkenalkan aktivitas Yoga Tantra. Biasanya setelah selesai sembahyang, saya melakukan yoga untuk mendapatkan ketenangan. Saat itu ada teman yang mengajak saya untuk ikutan yoga dan bertemu instruktur khusus. Awalnya memang susah konsentrasi, tapi sekarang sudah lebih bisa fokus. Saya yoga setiap hari, kalau nggak yoga ngerasa ada yang kurang.

sumber : http://bahanbakudupa.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment