Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Tuesday 14 April 2015

Sejarah Dupa


Kata "parfum" berasal dari bahasa Prancis kuno, yaitu "perfurmar" - yang berarti "melalui" dan "fumar" yang berarti "mengeluarkan asap". Hal ini membantu menjelaskan mengenai seni dari parfum, yang mana dipercayai sebagai awal mula dari pembakaran dupa  di Timur Tengah.

Penggunaan dupa dapat ditelusuri dari jaman Kitab Suci, dan ada kemungkinan dupa berasal dari Mesir, dimana pohon-pohon beraroma di-import dari Arab untuk digunakan dalam upacara keagamaan.
Ganjin, pendeta Buddhist dari dinasti Tang di Cina, tiba di Jepang pada tahun 754. Pendeta ini dikenal karena membawa masuk ajaran Buddhist ke Jepang, dan juga dikenal dalam prestasinya di sejarah dupa. Melalui pengetahuan medis mengenai dupa ditambah dengan ketrampilan"nerikoh" (mencampur bola-bola dupa), Ganjin kemudian memperkenalkan budaya dupa yang sedang berkembang dari dinasti Tang ke Jepang.

Takimono, sejenis nerikoh, dibuat dari bubuk dupa, yang digunakan untuk keperluan medis, dicampur dengan zat-zat yang mengikat seperti nektar dan karamel. Sebelum munculnya nerikoh, tidak ditemukan adanya dupa beraroma di Jepang, dan masyarakat terbiasa membakar bahan-bahan medis untuk menghasilkan wewangian. Pada saat nerikoh dicampur dengan berbagai bahan, campuran ini menghasilkan suatu aroma yang berbeda. Dari sinilah, masyarakat kemudian membuat sendiri aroma favorit mereka dengan berdasarkan pada ramuan asli. Dupa kemudian tidak lagi digunakan hanya untuk persembahan religi, tapi juga sebagai "soradakimono" yang dirancang untuk menikmati aroma yang menyenangkan. Inilah asal mula dari seni estetik dan artistik dari pembakaran dupa di Jepang.

Bangsawan-bangsawan pada periode Heian (abad ke-8 hingga abad ke-12) meramu takimono asli dalam upaya mencari aroma yang anggun dan berbeda untuk digunakan mereka secara pribadi. Campuran-campuran yang berbeda ini digunakan pada waktu yang berbeda, dalam setiap kesempatan atau musim, sesuai dengan suasana hati mereka pada saat itu. Para bangsawan membakar campuran favorit mereka untuk pewangi pakaian atau untuk memberikan aroma pada kamar tamu mereka. "Takimonoawase",sebuah permainan dimana para peserta berkompetisi untuk menghasilkan aroma yang lebih baik, juga dimulai pada jaman ini.

Tidak puas dengan aroma bunga yang sederhana maupun aroma buah yang alami, para bangsawan terus menciptakan aroma-aroma yang mereka senangi, yang mana membentuk dasar dari budaya dupa yang melekat erat pada kesadaran akan musim-musim yang ada. Inilah yang menjadi esensi dari pembuatan KOH-DO ("Jalan Dupa") yang mengutamakan kualitas.

sumber : http://www.nipponkodoindonesia.com/

No comments:

Post a Comment